BPK Wilayah III Sumbar Gelar Edukasi Perlindungan Cagar Budaya di Mentawai

Pj Bupati Mentawai, Fernando J Simanjuntak saat membuka secara resmi Seminar Edukasi Perlindungan Cagar Budaya di Homestay Mapaddegat, Rabu ( 20/11)

diskominfomentawaikab.go.id
| Tuapejat - Kemendikbudristek Dirjen Kebudayaan melalui Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Provinsi Sumatra Barat, bekerjasama dengan Disdikbud Kabupaten Kepulauan Mentawai menggelar Seminar Edukasi Pelindungan Cagar Budaya di Homestay Mapaddegat, Rabu (20/11).

Dengan mengangkat tema: “ Menggali Potensi Warisan Budaya Kebendaan Kabupaten Kepulauan Mentawai”.

Pj Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai, Fernando Jongguran Simanjuntak dalam hal ini diwakili Staff Ahli Brandus Simanjuntak mengatakan cagar budaya memiliki potensi untuk dikembangkan, baik secara historis maupun ilmu pengetahuan secara umum.

“Selain fisik bangunan cagar budaya, ada nilai-nilai yang perlu kita lindungi dan lestarikan. Perlindungan nilai-nilai inilah yang perlu dipahami pemilik atau pengguna cagar budaya,” ujarnya.


Menurut Brandus, banyak generasi kekinian yang tidak mengetahui nilai-nilai historis suatu cagar budaya Mentawai sehingga mereka tidak termotivasi melestarikannya sementara Mentawai secara umum tidak terlepas dari budaya yang paling mendasar yaitu gaya hidup seperti SURUK dan KEIKEI dimana keduanya ini diterapkan secara turun-temurun menggambarkan bahwa kultur budaya Mentawai sangat kuat dengan peradapan-peradapan yang menggerogotinya tetapi saat ini sedang menghadapi transformasi serta menjadi kekhawatiran secara Pendidikan yang terus-menerus berdinamika. 

“ bapak ibu peradapan-peradapan ini sangatlah berdampak besar kalau zamannya sekarang sudah mulai menghadapi diatas rata rata generasi, mohon maaf dengan perkembangan teknologi digitalisasi saat ini peradapannya sudah kekota-kotaan tidak lagi peradapan Mentawai aslinya, jadi itu yang sebenarnya menggambarkan kalau yang ada kita lihat pada saat ini bagian dari bentuk turunan daripada SURUK dan KEIKEI itu sendiri bahwa semua itu punya motif , punya warna dan punya makna, jadi makna itulah sebenarnya kita jalani saat ini melalui sebutannya edukasi, untuk itu kita perlu mengantisipasi agar cagar budaya bisa terlindungi dan terus eksis,” ujarnya.


Brandus menambahkan bahwa Edukasi inilah yang menjadi fondasi Disdikbud mengangkat tema sehingga bisa menggiring generasi muda dan siapapun yang menjadi pelaku budaya akan memperkuat karakternya sehingga peradapan-peradapan berikutnya bisa bertumbuh dengan baik, kesinambungan kehidupan sosial juga berjalan dinamis serta menunjukkan Mentawai itu memiliki budaya dan kultur yang kuat sehingga peninggalan-peninggalan saat ini menggambarkan bahwa nyata Mentawai itu berbudaya.

“ hendaknya ini kita bisa maknai apa yang dimaksud dengan Edukasi budaya , karena kesempatan mendapatkan edukasi itu bisa saja didapat dari proses keberlangsungan hidup tetapi yang paling spesifik  bagaimana ini bisa tertata sebagai langkah akademisi sehingga menjadi fundamental dasar untuk menjadikannya sebagai pelajaran Bumen di Sekolah, baik SD, SMP dan SMA ini semestinya harus diterapkan karena yang termahal itu adalah kesempatan mengenal budaya sehingga generasi-generasi berikutnya terus bisa berkembang, bertumbuh dengan label atau punya branding SURUK dan KEIKEI yang menjadi Fondasi Hidupnya.” sebutnya.

Kepala BPK Wilayah III Kementerian Kebudayaan ,Undri yang diwakili oleh Rafki menyebutkan ada 7 WBTb yang telah ditetapkan secara nasional dan 10 Cagar Budaya di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang sudah mempunyai ketetapan hukum.

“ Dalam kegiatan ini akan dijelaskan terkait dengan warisan budaya tak benda cagar budaya tersebut, bagaimana langkah-langkah, arah kebijakan dan pelestariannya.” sebutnya.

Kegiatan ini menurut Rafki bisa memberikan pembelajaran tentang warisan budaya yang ada di Mentawai, mengenalkan kepada generasi muda kemudian mengajak agar ikut melestarikan budaya Mentawai.

“adapun kegiatan yang sedang dilaksanakan oleh BPK adalah Edukasi Perlindungan Cagar Budaya, pameran cagar budaya, saya berharap anak anak sekolah bisa kita hadirkan dan memberikan sosialisasi serta memberikan pembelajaran pada generasi kita tentang warisan budaya yang ada di Mentawai, mengenalkan kepada generasi anak muda kemudian mengajak agar ikut melestarikan budaya Mentawai dan terakhir kegiatan balai pelestarian budaya masuk sekolah dimana sasarannya anak anak sekolah dan disana kita mengadakan lomba lomba tradisional seperti lomba bercerita, bertutur terkait dengan cerita-cerita  rakyat yang ada didaerah Mentawai selanjutnya lomba permainan tradisional, lomba cerdas cermat, budaya, panahan, sejauh mana pemahaman anak anak muda terhadap seni tradisional lokal.” Tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Aban Barnabas menyampaikan, pentingnya menjaga aset budaya Mentawai. 

“Ini merupakan langkah konkret untuk memperkuat semangat gotong royong dalam menjaga kekayaan budaya yang tak ternilai,” katanya.{Md}.


Posting Komentar

advertise


 

advertise
Sasaraina TV Youtube Channel